Okeee kali ini kembali lagi saya akan mereview mata kuliah psikologi kognitif. Hari itu siang
yang cerah, jarum jam tangan saya masih berdetik tepatnya pukul jam 01.00
kurang waktu setempat. Banyak pula yang terlambat, hingga akhirnya mas seta
menyarankan kami untuk jika seusai makan siang atau sholat maka segeralah masuk
kelas. Tidak perlu menunggu hingga jam 01.00 tepat, jadi nantinya pulangnya
lebih awal.
Tamapaknya ada
beberapa mahasiswa yang berhubung tidak hadir hari ini. Dan langsung saja mas
seta mempersilahkan kelompok yang akan mempresentasikan materinya di kelas. Yang
pertama ada PROBLEM SOLVING materi kelompok presentasi. PROBLEM SOLVING adalah
suatu pemikiran yang matang dari individu/kelompok untuk menemukan solusi agar
dapat menyelesikan suatu masalah yang lebih spesifik. Problem solving terdiri
atas; preparation, production, judgement, hambatan bagi solusi, problem solving
dan creativity.
Dalam memecahkan
masalah terdapat beberapa pola, yaitu:
1. Divergent Thingking yaitu cara untuk
memecahkan masalah dengan cara yang digunakan untuk mencari alternative. Menjawab/
menyelesaikan masalah dengan lebih spesifik dan lebih mendetail.
2. Convergent Thingking yaitu
menyelesaikan masalah dengen cara menemukan penyebab maslah utama, yang disebut
Trouble Shooter. Menyelesaikan masalah tidak perlu secara mendetail, contoh
spesifiknya yaitu soal tes pilihan ganda.
Dalam hal
ini, teori gestalt yang sangat terkenal termasuk didalamnya dengan pemahaman
(insight) di dalamnya. Menurut para
psikologi gestalt, suatu permasalahan (khusus masalah-masalah perseptual) ada
ketika ketegangan atau stres muncul sebagai hasil dari interaksi antara
persepsi dan memori.
Ada juga psikologi gestalt dengan tokoh Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler. Mendemonstrasikan dalam aktivitas memecahkan masalah. Dari sudut pandang itulah muncul konsep functional fixedness yang di kemukakan oleh Karl Duncker (1945).
Ada juga psikologi gestalt dengan tokoh Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler. Mendemonstrasikan dalam aktivitas memecahkan masalah. Dari sudut pandang itulah muncul konsep functional fixedness yang di kemukakan oleh Karl Duncker (1945).
Sesi
selanjutnya mas seta menjelaskan sebelum menanyakan apa yang dimaksud dengan
problem solving? Kalau tidak salah ada yang menjawab maslah adalah masalah yang
belum terpecahkan. Kemudian mas seta mengambil contoh dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan problem solving itu sendiri, yaitu kemacetan di
kota Jakarta. Beliau menjelaskan langkah-langkah dalam memecahkan maslah
tersebut, yang pertama adalah menganalisa, lalu mengadakan observasi atau
experience terhadap masalah tersebut. Contoh penyelesain masalah kemacetan
adalah dengan menerapakan system ganjil genap pada kendaraan. Namun kenyataan
nya pola ini belum efektif dalam penanganan masalah kemacetan hingga kini. Terkait
maslah ini, dengan merubah mind set kita untuk menggunakan transportasi umum,
menggunakan kendaraan pribadi lebih dari tiga orang dalam satu rumah, dll. Demikian
solusi yang diterapkan, memungkinkan Jakarta memeliki peluang lebih besar agar
terhindar dari macet.
~SEKIAN~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar